Jumat, 23 November 2012

Studi Agama: Bidang Agama, Budaya dan Peradaban; Kesatuan (unity) dan Keragaman (diversity) dalam Islam



Karakteristik ajaran Islam sebagai bidang Agama,
Budaya Dan Peradaban; Kesatuan (unity) dan
Keragaman (diversity) dalam Islam

Oleh :
N A S R U L L A H
A.    Latar Belakang
Islam memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam berbagai bidang, baik dalam Agama, Budaya, dan Peradaban. Perbedaan karaktristik dalam Islam menunjukan keragaman yang luar biasa, akan tetapi Islam mempunyai konsepsi yang baik dan bagus karena memiliki jiwa persatuan umat (rahmatan lil ‘alamiin).
Karakteristik ajaran Islam dalam bidang agama disamping mengakui adanya Pluralisme sebagai suatu pernyataan, juga mengakui adanya universatisme, yakni mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir, menyuruh berbuat baik dan mengajak pada keselamatan. Dan ajaran Islam dapat dikenal melalui konsepsinya dalam bidang ibadah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah dan mentaati segala perintah-Nya menjauhi segala larangan-Nya dan mengamalkan segala yang di izinkan-Nya. Dengan demikian, karakteristik agama islam dalam visi keagamaannya bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan, dan saling menghargai serta misi ajaran Islam itu sendiri yang sejalan dengan tugas penciptaan manusia sebagai makhluk yang hanya diperintahkan agar beribadah kepada-Nya[1].
Dapatlah dipahami bahwa Islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi, yaitu mulai dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sampai pada kehidupan rumah tangga dan masih banyak lagi. Untuk memahami berbagai dimensi ajaran Islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai ilmu, dalam al-Quran yang merupakan sumber ajaran Islam.
Selama ini kita sudah mengenal Islam, tetapi Islam dalam potret yang bagaimanakah yang kita kenal itu, tampaknya masih merupakan suatu persoalan yang perlu didiskusikan lebih lanjut. Misalnya mengenal Islam dalam potret yang ditampilkan Iqbal dengan nuansa filosofis dan sufistiknya, Islam yang ditampilkan Fazlur Rahman bernuansa historis dan filosofis. Demikian juga, Islam yang ditampilkan pemikir-pemikir dari Iran seperti Ali Syari'ati, Sayyed Hussein Nasr, Murthada Muthahhari. Para pemikir Islam dari Iran ini terkesan banyak menguasai pemikiran filsafat modern serta ilmu-ilmu sosial yang berasal dari Barat. Mereka telah menunjukkan sisi kelemahan dari berbagai pemikiran filsafat modern dan ilmu sosial dari Barat, melalui kritiknya yang akurat serta solusi yang ditawarkannya dari Islam yang dibangun dari pendekatan filosofis sufistik.
Selanjutnya, di Indonesia kita mengenal pemikiran Islam dari Harun Nasution yang banyak menggunakan pendekatan filosofis dan historis se­bagai acuannya. Dalam pada itu muncul pula H.M.Rasyidi melalui karyanya berjudul Kritik Atas lslam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya karangan Harun Nasution. Melalui pendekatan normatif legalistik, H.M.Rasyidi melihat bahwa potret Islam yang ditampilkan Harun Nasution di nilai kurang menunjukkan Islam sebagai yang di kehendaki al-Qur’an dan Hadits[2]. Hal ini bukan hanya karena lebarnya jurang perbedaan pendapat antara para pemikir Islam, tetapi merupakan suatu rangkaian pemikiran para tokoh yang mengkaji Islam dengan menggunakan pendekatanya masing-masing sesuai dengan dsiplin ilmu. Dengan demikian karakteristik Islam memiliki konsepsi yang khas dan dapat dikenali dengan berbagai bidang ilmunya.
Dari pendapat para tokoh di atas, dapat diketahui bahwa Islam memiliki karakteristik yang khas yang dapat dikenali melalui konsepsinya dalam berbagai bidang, seperti bidang Agama, Budaya, dan Peradaban;  Kesatuan (Unity) dan Keragaman (Diversity) dalam Islam sebagai sebuah disiplin ilmu. Konsepsi Islam dalam berbagai bidang yang menjadi karakteristiknya itu dapat dikemukakan pada bab selanjutnya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah  sebagi berikut :
1.      Bagaimanakah karakteristik ajaran Islam sebagai bidang Agama?
2.      Bagaimanakah karakteristik ajaran Islam sebagai bidang Budaya?
3.      Bagaimanakah karakteristik ajaran Islam sebagai bidang Peradaban; kesatuan (unity) dan keragaman (diversity) dalam Islam?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Bidang Agama
Menetapkan makna agama tidak kalah pentingnya. Banyak sekali tulisan tentang bidang ini karena manusia sangat memperhatikan bidang ini, yang dasarnya bersifat konversional. Sering kali agama dipandang sebagai respon manusia terhadap kekuatan alam yang besar dan tak dapat dikontrol, seperti ‘penyakit bahasa’, munculnya kekuatan dan dorongan terhadap keamanan. Pembahasan tentang topik ini berlanjut seperti yang disaksikan pada dasar baru atas pandangan lama bahwa agama adalah keyakinan terhadap dewa-dewa (Spiro,1966)[3].
Agama Islam memiliki karakteristik yang khusus dan sempurna. Nama Islam menurut Rasyid Ridla adalah yang paling sesuai dengan untuk nama agama yang benar sesuai dengan arti-arti dalam perkataan bahasa Arab, dan yang lebih  tegas serta terang adalah arti bersih dari segala sesuatu yang mengotorinya[4]. Dalam bidang agama, Islam memiliki berbagai karakteristik yang berbeda-beda dalam pemahaman keagamaan.
Melalui karyanya berjudul Islam Doktrin dan Peradaban, Nurcholis Madjid banyak berbicara tentang karakteristik ajaran Islam dalam bidang agama. Menurutnya, bahwa dalam bidang agama Islam mengakui adanya pluralisme. Pluralisme menurut Nurcholis adalah sebuah aturan Tuhan (Sunnah Allah) yang tidak akan berubah, sehingga juga tidak mungkin dilawan atau diingkari. Dan Islam adalah agama yang kitab sucinya dengan tegas mengakui hak agama lain, kecuali yang berdasarkan paganisme dan syirik, untuk hidup dan menjalankan ajaran masing-masing dengan penuh kesungguhan. Kemudian pengakuan akan hak agama-agama lain dengan sendirinya merupakan dasar paham kemajemukan sosial budaya dan agama, sebagai ketetapan Tuhan yang tidak berubah-ubah[5].  Karakteristik agama Islam dalam visi keagamaannya bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan, dan saling menghargai karena dalm pluralitas agama tersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian pada Allah SWT.
Memang dan seharusnya tidak perlu mengherankan, bahwa Islam selaku agama besar terakhir, mengklaim sebagai agama yang memuncaki proses pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dalam garis tersebut. Tetapi harus diingat, bahwa justru penyelesaian terakhir yang diberikan Islam sebagai agama terakhir untuk persoalan keagamaan itu ialah ajaran pengakuan akan hak agama-agama itu untuk berada dan dilaksanakan. Karena itu agama tidak boleh dipaksakan, sebagaimana dalam firman Allah SWT.
Yang Artinya :
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui[6].

Firman Allah SWT di atas, menjelaskan bahwa di dalam agama tidak ada paksaan. Tetapi agama yang benar di sisi-Nya adalah agama Islam karena barang siapa yang mendustakan agama-Nya, maka sesungguhnya dia telah ingkar dan akan mendapat balasan yang setimpa dengan perbuatan di akhirat nanti. Hal ini menunjukan bahwa telah menjelaskan Agama yang akan di rihdoi-Nya adalah Agama Islam.
Dengan demikian sebagai orang Islam tidak dibenarkan untuk taklid buta dalam mengamalkan ajarannya. Islam mengajarkan manusia terus menggunakan akal untuk memahami Islam secara benar sesuai dengan proposisi dan wilayah kemampuan dan kebolehan penggunaan akal. Dengan pemahaman yang benar di harapkan keyakinan akan ajaran Islam menjadi tambah bulat, sekaligus akan mengantarkan umat Islam pada semangat melaksanakan Islam sesuai dengan filosofi dan tujuan hakiki dari ajaran Islam itu.
B.     Bidang Budaya
Budaya adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengarahkan segenap potensi batin yang dimiliki, akan tetapi budaya juga memiliki nilai kebudayaan dalam kehidupan umat manusia. Di dalam kebudayan terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istidat dan sebagainya. Dengan demikian kebudayaan merupakan suatu hasil ciptaan manusia untuk mewujudkan segala aktifitas sebagai upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebudayaan dapat pula digunakan untuk memahami agama yang terdapat pada cara pandangan manusia yang berdasarkan pengalamannya. Dalam kehidupan masyarakat Islam identik dengan pola kehidupan.
Ajaran Islam dalam bidang budaya adalah sesuatu memiliki sikap terbuka kepada semua umat manusia, sehingga ajaran Islam tidak memaksa untuk memeluk agama Islam itu sendiri. Namun apabila umat Islam mengingkari ajaran-ajaran agama Islam akan mendapat konsekwensi kepada Allah SWT, hal ini sebagaimana telah diuraikan pada sub tema (tentang ajaran agama Islam) di atas.
Karakteristik ajaran Islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersikap terbuka, akomodatif, tetapi selektif. Dari satu segi Islam terbuka dan akomodatif untuk menerima berbagai masukan dari luar, tetapi bersamaan dengan itu Islam juga selektif, yakni tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan, melainkan ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan Islam[7].  
Di dalam Islam mengajarkan bagi para pemeluknya untuk bersikap saling terbuka. Selain itu mengajarkan bahwa Islam tidak menerima seluruh jenis dan kebudayaan tanpa adanya selektif atau berdasarkan pemilihan terlebih dahulu. Ilmu dan kebudayaan merupakan satu kesatuan terrangkai dalam Islam. Dengan demikian Islam mendorong manusia agar memiliki ilmu pengetahuan dengan cara menggunakan akalnya untuk berpikir, merenung, dan sebagainya.
Kebudayaan akan terus berkembang, tidak akan berhenti masih ada kehidupan manusia. Segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas dan kreativitas manusia baik dalam konteks hubungan sesamanya maupun dengan alam lingkungan, akan selalu berkaitan[8].
Hal ini hubungan antara manusia dengan alam lingkungan yang berarti manusia adalah makhluk budaya dan makhluk sosial karena tidak ada satu manusia pun yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Karena manusia memiliki hubungan antara satu dengan lainnya yang tidak bisa terpisah.
Berdasarkan pendapat di atas, dapatlah disimpulkan bahwa karakteristik ajaran Islam sebagai budaya adalah memiliki kecenderungan pada pemeluk ajaran Islam untuk bersikap terbuka dan hubungan manusia dengan yang lain dan saling membutuhkan. Dengan demikian karakteristik ajaran Islam memiliki pranata budaya, sehingga budaya dan kebudayaan merupakan rangkaian kehidupan dan memiliki peradaban yang ada pada Islam itu sendiri. Maka dengan demikian Islam memiliki peradaban yang luas, baik dari segi agama, budaya, peradaban sehingga Islam memiliki sikap keterbukan terhadap sesama pemeluk ajarannya maupun hubungan sosial terhadap kehidupan bermasyarakat secara umum.

C.    Peradaban; Kesatuan (unity) dan Keragaman (diversity)
Selanjutnya, Peradaban Islam memiliki berbagai karakteristik budaya dan keragaman dalam kebudayaan. Dan kebudayaan merupakan ilmu pengetahuan salah satu dimiliki oleh manusia dalam kehidupannya, sehingga kebudayaan mempunyai karakter dalam peradaban Islam berdasarkan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadits.
Peradaban Islam terlahir dari rahim Islam, yaitu visi al-Qur’an yang mencita-citakan terciptanya rahmatan lil ‘alamin. Kebudayaan Islam termanifestasi dalam berbagai aspek kehidupan yang dipersatukan oleh spirit al-Qur’an dan tradisi-tradisi sakral (misalnya pemikiran dan ijma’ ulama)[9]. Islam merupakan agama yang multi aspek, keyakinan Islam memiliki sifat tauhid yang di dalamnya terkandung persoalan-persoalan yang kompleks. Mengenal Islam yang sebenarnya adalah mengenal Islam dari berbagai aspeknya. Adapun aspek-aspek yang ada pada kehidupan umat Islam memiliki dimensi budaya, baik terkait dengan tingkah laku sosial politik, perilaku ekonomi, seni, pola berpakain, pola pendidikan, cara berpikir, jenis makanan hingga idiologi. Kesemuanya merupakan simbolitas dari budaya yang dimiliki oleh umat Islam, maka dengan berberapa aspek tadi mendeskripsikan bahwa Islam sebagai inspirasi dari peradabannya.
Dari aspek-aspek yang kompleks pada kubu Islam, munculnya pemikiran yang berbeda dalam mengkaji aspek, seperti; aspek keagamaan, historis, filosofis dan sosiologis, sehingga Islam memiliki karakteristik ajaran Islam dalam bidang agama, budaya dan peradaban. Akumulasi dari berbagai budaya yang diilhami spirit a-Qur’an ini menjadi peradaban Islam yang besar menjadi peradaban besar masyarakat dunia.
Bila berbicara tentang peradaban Islam tidak terlepas dari sejarah peradaban Islam. Dalam sejarah peradaban Islam, terjadi fluktuasi-fluktuasi peradaban. Pada masing-masing periode memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya dengan periode peradaban yang lain. Secara umum, periode peradaban Islam terbagi atas tiga zaman yaitu periode klasik (650-1250), zaman pertengahan (1250-1800) dan zaman modern (1800-sekarang)[10]. Pada periode klasik dimulai dari peradaban Nabi Muhammad SAW, sehingga kepada khulafah Rasyidin dan daulah (dinasti) Bani Umaiyah. Peradaban Islam pada periode ini mengalami puncak kejayaannya pada periode dinasti Bani Abbasiyah. Pada saat periode klasik ini metode berfikir rasional, ilmiah dan filosofis berkembang dengan pesat.
Mulai dari periode Nabi Muhammad SAW sampai pada periode Bani Abbasiyah Islam mendapat kejayaan. Kejayaan Islam ini menunjukkan bahwa Islam memiliki karakteristik kesatuan (unity) pada umatnya. Kesatuan yang dimiliki oleh umat Islam adalah nilai kebersamaannya dan sikap terbuka terhadap sama pemuluk agama (tauhid) sesuai dengan ajaran Islam yang berlandaskan pada sumber al-Qur’an dan al-Hadits.
Dengan demikian dalam agama Islam memiliki keragaman dan perbedaan, pluralisme lebih dari sekadar mengakui pluralitas keragaman dan perbedaan, tetapi aktif merangkai keragaman dan perbedaan itu untuk tujuan sosial yang lebih tinggi, yaitu kebersamaan dalam membangun peradaban. Pengakuan ini mengandaikan penerimaan toleransi aktif terhadap yang lain. Tetapi, pluralisme melebihi toleransi. Pluralisme mengandaikan pengenalan secara mendalam atas yang lain itu, sehingga adanya saling menghargai satu sama lain secara aktif mengisi toleransi itu dengan hal yang lebih konstruktif untuk tujuan yang pertama, yaitu aktif bersama membangun peradaban.

BAB III
KESIMPULAN

A.    Simpulan
Dari bab pembahasan di atas, dapatlah simpulkan bahwa karakteristik ajaran Islam sebagai Agama, Budaya dan Peradaban; Kesatuan (unity) dan Keragaman (diversity), sebagai berikut;
1.      Pluralisme merupakan sebuah aturan Tuhan (Sunnah Allah) yang tidak akan berubah. Islam adalah agama yang kitab sucinya dengan tegas mengakui hak agama lain, kecuali yang berdasarkan paganisme dan syirik, untuk hidup dan menjalankan ajaran masing-masing dengan penuh kesungguhan. Karena memiliki karakteristik agama Islam dalam tujuan keagamaannya bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan, dan saling menghargai karena dalam pluralitas agama tersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian pada Allah SWT.
2.      Karakteristik ajaran Islam sebagai budaya adalah memiliki kecenderungan pada pemeluk ajaran Islam untuk bersikap terbuka dan hubungan manusia dengan yang lain dan saling membutuhkan. Disamping itu, karakteristik ajaran Islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersikap terbuka, akomodatif, tetapi selektif.
3.      Agama Islam memiliki keragaman (diversity) dan perbedaan, pluralisme lebih dari sekadar mengakui pluralitas keragaman (diversity) dan perbedaan, tetapi aktif merangkai keragaman dan perbedaan itu untuk tujuan sosial yang lebih tinggi, yaitu kebersamaan dalam membangun peradaban. Dengan sebagai keragaman dan peradaban dalam kubu Islam, namun Islam tetap mempunyai semangat perasatuan dan kesatuan (unity) umat Islamnya (Islam adalah rahmatan lil ‘alamin).
B.     Saran-saran
Sebagai penutup dari makalah ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang ikut andil dalam proses penulisan makalah ini hingga akhir. Sebagai manusia biasanya tentunya makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu segala kritikan yang konstruktif penulis terima dengan senang hati demi perbaikan makalah ini selanjutnya. Akhirnya semoga makalah  ini dapat memberi manfaat kepada kita semua.



DAFTAR RUJUKAN


Buku;
Ajat Sudrajat, dkk, 2008. Din al-Islam: Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum. Yogyakarta: UNY Press

Abuddin Nata, 2011. Metodologi Studi Islam. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada

Depag RI, 2004. Al-Qur’an dan Terjemahan: Al-Jumanul ‘Ali Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur. CV. Penerbit J-ART

Syamsul Arifin, 2009. Studi Agama : Perspektif Sosiologi dan Isu-isu Kontemporer.  Malang : UMM Press

Syamsul Bakri, 2011. Peta Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Fajar Media Press

Internet;




[2] Abuddin Nata. Metodologi Studi Islam. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2011, hlm 77-78
[3] Syamsul Arifin. Studi Agama : Perspektif Sosiologi dan Isu-isu Kontemporer.  Malang : UMM Press, 2009, hlm, 6
[4] Ajat Sudrajat, dkk. Din al-Islam: Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum. Yogyakarta: UNY Press, 2008, hlm, 35
[5] Abuddin Nata. hlm, 80
[6] Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahan: Al-Jumanul ‘Ali Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur. CV. Penerbit J-ART, 2004, QS Al-Baqarah ayat 256.
[7] Abuddin Nata. hlm, 85
[8] Ajat Sudrajat, dkk. hlm 225
[9] Syamsul Bakri. Peta Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011, hlm, 5
[10] Syamsul Bakri, hlm 10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar