Karakteristik ajaran Islam sebagai bidang Agama,
Budaya Dan Peradaban; Kesatuan (unity) dan
Keragaman (diversity)
dalam Islam
Oleh :
N A S R U L L A H
A.
Latar
Belakang
Islam
memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam berbagai bidang, baik dalam
Agama, Budaya, dan Peradaban. Perbedaan karaktristik dalam Islam menunjukan
keragaman yang luar biasa, akan tetapi Islam mempunyai konsepsi yang baik dan bagus
karena memiliki jiwa persatuan umat (rahmatan
lil ‘alamiin).
Karakteristik
ajaran Islam dalam bidang agama disamping mengakui adanya Pluralisme sebagai
suatu pernyataan, juga mengakui adanya universatisme, yakni mengajarkan
kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir, menyuruh berbuat baik dan mengajak
pada keselamatan. Dan ajaran Islam dapat dikenal melalui konsepsinya dalam bidang
ibadah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah dan mentaati segala
perintah-Nya menjauhi segala larangan-Nya dan mengamalkan segala yang di
izinkan-Nya. Dengan demikian, karakteristik agama islam dalam visi keagamaannya
bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan, dan saling menghargai serta misi
ajaran Islam itu sendiri yang sejalan dengan tugas penciptaan manusia sebagai
makhluk yang hanya diperintahkan agar beribadah kepada-Nya[1].
Dapatlah
dipahami bahwa Islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi, yaitu mulai
dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sampai
pada kehidupan rumah tangga dan masih banyak lagi. Untuk memahami berbagai
dimensi ajaran Islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali
dari berbagai ilmu, dalam al-Quran yang merupakan sumber ajaran Islam.
Selama
ini kita sudah mengenal Islam, tetapi Islam dalam potret yang bagaimanakah yang
kita kenal itu, tampaknya masih merupakan suatu persoalan yang perlu
didiskusikan lebih lanjut. Misalnya mengenal Islam dalam potret yang
ditampilkan Iqbal dengan nuansa filosofis dan sufistiknya, Islam yang
ditampilkan Fazlur Rahman bernuansa historis dan filosofis. Demikian juga,
Islam yang ditampilkan pemikir-pemikir dari Iran seperti Ali Syari'ati, Sayyed
Hussein Nasr, Murthada Muthahhari. Para pemikir Islam dari Iran ini terkesan
banyak menguasai pemikiran filsafat modern serta ilmu-ilmu sosial yang berasal
dari Barat. Mereka telah menunjukkan sisi kelemahan dari berbagai pemikiran
filsafat modern dan ilmu sosial dari Barat, melalui kritiknya yang akurat serta
solusi yang ditawarkannya dari Islam yang dibangun dari pendekatan filosofis
sufistik.
Selanjutnya,
di Indonesia kita mengenal pemikiran Islam dari Harun Nasution yang banyak
menggunakan pendekatan filosofis dan historis sebagai acuannya. Dalam pada itu
muncul pula H.M.Rasyidi melalui karyanya berjudul Kritik Atas lslam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya karangan Harun
Nasution. Melalui pendekatan normatif legalistik, H.M.Rasyidi melihat bahwa potret
Islam yang ditampilkan Harun Nasution di nilai kurang menunjukkan Islam sebagai
yang di kehendaki al-Qur’an dan Hadits[2].
Hal ini bukan hanya karena lebarnya jurang perbedaan pendapat antara para
pemikir Islam, tetapi merupakan suatu rangkaian pemikiran para tokoh yang
mengkaji Islam dengan menggunakan pendekatanya masing-masing sesuai dengan
dsiplin ilmu. Dengan demikian karakteristik Islam memiliki konsepsi yang khas
dan dapat dikenali dengan berbagai bidang ilmunya.
Dari
pendapat para tokoh di atas, dapat diketahui bahwa Islam memiliki karakteristik
yang khas yang dapat dikenali melalui konsepsinya dalam berbagai bidang,
seperti bidang Agama, Budaya, dan Peradaban;
Kesatuan (Unity) dan Keragaman
(Diversity) dalam Islam sebagai sebuah
disiplin ilmu. Konsepsi Islam dalam berbagai bidang yang menjadi
karakteristiknya itu dapat dikemukakan pada bab selanjutnya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagi berikut :
1. Bagaimanakah
karakteristik ajaran Islam sebagai bidang Agama?
2. Bagaimanakah
karakteristik ajaran Islam sebagai bidang Budaya?
3. Bagaimanakah
karakteristik ajaran Islam sebagai bidang Peradaban; kesatuan (unity) dan keragaman (diversity) dalam Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bidang Agama
Menetapkan makna agama tidak kalah
pentingnya. Banyak sekali tulisan tentang bidang ini karena manusia sangat
memperhatikan bidang ini, yang dasarnya bersifat konversional. Sering kali
agama dipandang sebagai respon manusia terhadap kekuatan alam yang besar dan
tak dapat dikontrol, seperti ‘penyakit bahasa’, munculnya kekuatan dan dorongan
terhadap keamanan. Pembahasan tentang topik ini berlanjut seperti yang
disaksikan pada dasar baru atas pandangan lama bahwa agama adalah keyakinan
terhadap dewa-dewa (Spiro,1966)[3].
Agama
Islam memiliki karakteristik yang khusus dan sempurna. Nama Islam menurut
Rasyid Ridla adalah yang paling sesuai dengan untuk nama agama yang benar
sesuai dengan arti-arti dalam perkataan bahasa Arab, dan yang lebih tegas serta terang adalah arti bersih dari
segala sesuatu yang mengotorinya[4]. Dalam bidang agama, Islam memiliki
berbagai karakteristik yang berbeda-beda dalam pemahaman keagamaan.
Melalui karyanya berjudul Islam Doktrin dan Peradaban, Nurcholis
Madjid banyak berbicara tentang karakteristik ajaran Islam dalam bidang agama.
Menurutnya, bahwa dalam bidang agama Islam mengakui adanya pluralisme.
Pluralisme menurut Nurcholis adalah sebuah aturan Tuhan (Sunnah Allah)
yang tidak akan berubah, sehingga juga tidak mungkin dilawan atau diingkari.
Dan Islam adalah agama yang kitab sucinya dengan tegas mengakui hak agama lain,
kecuali yang berdasarkan paganisme dan syirik, untuk hidup dan menjalankan
ajaran masing-masing dengan penuh kesungguhan. Kemudian pengakuan akan hak
agama-agama lain dengan sendirinya merupakan dasar paham kemajemukan sosial
budaya dan agama, sebagai ketetapan Tuhan yang tidak berubah-ubah[5].
Karakteristik agama Islam dalam visi
keagamaannya bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan, dan saling menghargai
karena dalm pluralitas agama tersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian
pada Allah SWT.
Memang dan seharusnya tidak perlu
mengherankan, bahwa Islam selaku agama besar terakhir, mengklaim sebagai agama
yang memuncaki proses pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dalam garis
tersebut. Tetapi harus diingat, bahwa justru penyelesaian terakhir yang
diberikan Islam sebagai agama terakhir untuk persoalan keagamaan itu ialah
ajaran pengakuan akan hak agama-agama itu untuk berada dan dilaksanakan. Karena
itu agama tidak boleh dipaksakan, sebagaimana dalam firman Allah SWT.
Yang
Artinya :
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka
Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak
akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui[6].
Firman
Allah SWT di atas, menjelaskan bahwa di dalam agama tidak ada paksaan. Tetapi
agama yang benar di sisi-Nya adalah agama Islam karena barang siapa yang
mendustakan agama-Nya, maka sesungguhnya dia telah ingkar dan akan mendapat
balasan yang setimpa dengan perbuatan di akhirat nanti. Hal ini menunjukan
bahwa telah menjelaskan Agama yang akan di rihdoi-Nya adalah Agama Islam.
Dengan
demikian sebagai orang Islam tidak dibenarkan untuk taklid buta dalam
mengamalkan ajarannya. Islam mengajarkan manusia terus menggunakan akal untuk
memahami Islam secara benar sesuai dengan proposisi dan wilayah kemampuan dan
kebolehan penggunaan akal. Dengan pemahaman yang benar di harapkan keyakinan
akan ajaran Islam menjadi tambah bulat, sekaligus akan mengantarkan umat Islam
pada semangat melaksanakan Islam sesuai dengan filosofi dan tujuan hakiki dari
ajaran Islam itu.
B. Bidang Budaya
Budaya
adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengarahkan segenap
potensi batin yang dimiliki, akan tetapi budaya juga memiliki nilai kebudayaan
dalam kehidupan umat manusia. Di dalam kebudayan terdapat pengetahuan,
keyakinan, seni, moral, adat istidat dan sebagainya. Dengan demikian kebudayaan
merupakan suatu hasil ciptaan manusia untuk mewujudkan segala aktifitas sebagai
upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebudayaan dapat pula digunakan untuk
memahami agama yang terdapat pada cara pandangan manusia yang berdasarkan
pengalamannya. Dalam kehidupan masyarakat Islam identik dengan pola kehidupan.
Ajaran Islam dalam bidang budaya adalah
sesuatu memiliki sikap terbuka kepada semua umat manusia, sehingga ajaran Islam
tidak memaksa untuk memeluk agama Islam itu sendiri. Namun apabila umat Islam mengingkari
ajaran-ajaran agama Islam akan mendapat konsekwensi kepada Allah SWT, hal ini
sebagaimana telah diuraikan pada sub tema (tentang ajaran agama Islam) di atas.
Karakteristik ajaran Islam dalam
bidang ilmu dan kebudayaan bersikap terbuka, akomodatif, tetapi selektif. Dari
satu segi Islam terbuka dan akomodatif untuk menerima berbagai masukan dari
luar, tetapi bersamaan dengan itu Islam juga selektif, yakni tidak begitu saja
menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan, melainkan ilmu dan kebudayaan yang
sejalan dengan Islam[7].
Di dalam Islam mengajarkan bagi para
pemeluknya untuk bersikap saling terbuka. Selain itu mengajarkan bahwa Islam
tidak menerima seluruh jenis dan kebudayaan tanpa adanya selektif atau
berdasarkan pemilihan terlebih dahulu. Ilmu dan kebudayaan merupakan satu
kesatuan terrangkai dalam Islam. Dengan demikian Islam mendorong manusia agar
memiliki ilmu pengetahuan dengan cara menggunakan akalnya untuk berpikir,
merenung, dan sebagainya.
Kebudayaan akan terus berkembang,
tidak akan berhenti masih ada kehidupan manusia. Segala sesuatu yang berkaitan
dengan aktivitas dan kreativitas manusia baik dalam konteks hubungan sesamanya
maupun dengan alam lingkungan, akan selalu berkaitan[8].
Hal ini hubungan antara manusia
dengan alam lingkungan yang berarti manusia adalah makhluk budaya dan makhluk
sosial karena tidak ada satu manusia pun yang bisa hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain. Karena manusia memiliki hubungan antara satu dengan lainnya yang
tidak bisa terpisah.
Berdasarkan pendapat di atas,
dapatlah disimpulkan bahwa karakteristik ajaran Islam sebagai budaya adalah memiliki
kecenderungan pada pemeluk ajaran Islam untuk bersikap terbuka dan hubungan manusia
dengan yang lain dan saling membutuhkan. Dengan demikian karakteristik ajaran
Islam memiliki pranata budaya, sehingga budaya dan kebudayaan merupakan rangkaian
kehidupan dan memiliki peradaban yang ada pada Islam itu sendiri. Maka dengan
demikian Islam memiliki peradaban yang luas, baik dari segi agama, budaya,
peradaban sehingga Islam memiliki sikap keterbukan terhadap sesama pemeluk
ajarannya maupun hubungan sosial terhadap kehidupan bermasyarakat secara umum.
C. Peradaban; Kesatuan (unity) dan Keragaman (diversity)
Selanjutnya,
Peradaban Islam memiliki berbagai karakteristik budaya dan keragaman dalam kebudayaan.
Dan kebudayaan merupakan ilmu pengetahuan salah satu dimiliki oleh manusia
dalam kehidupannya, sehingga kebudayaan mempunyai karakter dalam peradaban Islam
berdasarkan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang bersumber pada al-Qur’an dan
al-Hadits.
Peradaban
Islam terlahir dari rahim Islam, yaitu visi al-Qur’an yang mencita-citakan
terciptanya rahmatan lil ‘alamin. Kebudayaan
Islam termanifestasi dalam berbagai aspek kehidupan yang dipersatukan oleh
spirit al-Qur’an dan tradisi-tradisi sakral (misalnya pemikiran dan ijma’
ulama)[9].
Islam merupakan agama yang multi aspek, keyakinan Islam memiliki sifat tauhid yang di dalamnya terkandung
persoalan-persoalan yang kompleks. Mengenal Islam yang sebenarnya adalah
mengenal Islam dari berbagai aspeknya. Adapun aspek-aspek yang ada pada kehidupan
umat Islam memiliki dimensi budaya, baik terkait dengan tingkah laku sosial politik,
perilaku ekonomi, seni, pola berpakain, pola pendidikan, cara berpikir, jenis
makanan hingga idiologi. Kesemuanya merupakan simbolitas dari budaya yang
dimiliki oleh umat Islam, maka dengan berberapa aspek tadi mendeskripsikan
bahwa Islam sebagai inspirasi dari peradabannya.
Dari
aspek-aspek yang kompleks pada kubu Islam, munculnya pemikiran yang berbeda
dalam mengkaji aspek, seperti; aspek keagamaan, historis, filosofis dan
sosiologis, sehingga Islam memiliki karakteristik ajaran Islam dalam bidang agama,
budaya dan peradaban. Akumulasi dari berbagai budaya yang diilhami spirit
a-Qur’an ini menjadi peradaban Islam yang besar menjadi peradaban besar
masyarakat dunia.
Bila
berbicara tentang peradaban Islam tidak terlepas dari sejarah peradaban Islam. Dalam
sejarah peradaban Islam, terjadi fluktuasi-fluktuasi peradaban. Pada
masing-masing periode memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya
dengan periode peradaban yang lain. Secara umum, periode peradaban Islam
terbagi atas tiga zaman yaitu periode klasik (650-1250), zaman pertengahan
(1250-1800) dan zaman modern (1800-sekarang)[10].
Pada periode klasik dimulai dari peradaban Nabi Muhammad SAW, sehingga kepada
khulafah Rasyidin dan daulah
(dinasti) Bani Umaiyah. Peradaban Islam pada periode ini mengalami puncak
kejayaannya pada periode dinasti Bani Abbasiyah. Pada saat periode klasik ini
metode berfikir rasional, ilmiah dan filosofis berkembang dengan pesat.
Mulai
dari periode Nabi Muhammad SAW sampai pada periode Bani Abbasiyah Islam
mendapat kejayaan. Kejayaan Islam ini menunjukkan bahwa Islam memiliki
karakteristik kesatuan (unity) pada umatnya.
Kesatuan yang dimiliki oleh umat Islam adalah nilai kebersamaannya dan sikap
terbuka terhadap sama pemuluk agama (tauhid)
sesuai dengan ajaran Islam yang berlandaskan pada sumber al-Qur’an dan
al-Hadits.
Dengan
demikian dalam agama Islam memiliki keragaman dan perbedaan, pluralisme lebih
dari sekadar mengakui pluralitas keragaman dan perbedaan, tetapi aktif
merangkai keragaman dan perbedaan itu untuk tujuan sosial yang lebih tinggi,
yaitu kebersamaan dalam membangun peradaban. Pengakuan ini mengandaikan
penerimaan toleransi aktif terhadap yang lain. Tetapi, pluralisme melebihi
toleransi. Pluralisme mengandaikan pengenalan secara mendalam atas yang lain
itu, sehingga adanya saling menghargai
satu sama lain secara aktif mengisi toleransi itu dengan hal yang lebih
konstruktif untuk tujuan yang pertama, yaitu aktif bersama membangun peradaban.
BAB III
KESIMPULAN
A. Simpulan
Dari
bab pembahasan di atas, dapatlah simpulkan bahwa karakteristik ajaran Islam
sebagai Agama, Budaya dan Peradaban; Kesatuan (unity) dan Keragaman (diversity),
sebagai berikut;
1.
Pluralisme
merupakan sebuah aturan Tuhan (Sunnah Allah) yang tidak akan
berubah. Islam adalah agama yang kitab sucinya dengan tegas mengakui hak agama
lain, kecuali yang berdasarkan paganisme dan syirik, untuk hidup dan
menjalankan ajaran masing-masing dengan penuh kesungguhan. Karena memiliki karakteristik
agama Islam dalam tujuan keagamaannya bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan,
dan saling menghargai karena dalam pluralitas agama tersebut terdapat unsur
kesamaan yaitu pengabdian pada Allah SWT.
2.
Karakteristik
ajaran Islam sebagai budaya adalah memiliki kecenderungan pada pemeluk ajaran
Islam untuk bersikap terbuka dan hubungan manusia dengan yang lain dan saling
membutuhkan. Disamping itu, karakteristik ajaran Islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan
bersikap terbuka, akomodatif, tetapi selektif.
3.
Agama Islam memiliki keragaman (diversity) dan perbedaan, pluralisme
lebih dari sekadar mengakui pluralitas keragaman (diversity) dan perbedaan, tetapi aktif merangkai keragaman dan
perbedaan itu untuk tujuan sosial yang lebih tinggi, yaitu kebersamaan dalam
membangun peradaban. Dengan sebagai keragaman dan peradaban dalam kubu Islam,
namun Islam tetap mempunyai semangat perasatuan dan kesatuan (unity) umat Islamnya (Islam adalah rahmatan lil ‘alamin).
B. Saran-saran
Sebagai
penutup dari makalah ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang ikut andil dalam proses penulisan makalah ini hingga akhir. Sebagai
manusia biasanya tentunya makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu
segala kritikan yang konstruktif penulis terima dengan senang hati demi
perbaikan makalah ini selanjutnya. Akhirnya semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita semua.
DAFTAR RUJUKAN
Buku;
Ajat
Sudrajat, dkk, 2008. Din al-Islam:
Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi Umum. Yogyakarta: UNY Press
Abuddin
Nata, 2011. Metodologi Studi Islam. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
Depag
RI, 2004. Al-Qur’an dan Terjemahan: Al-Jumanul ‘Ali Seuntai Mutiara Yang Maha
Luhur. CV. Penerbit J-ART
Syamsul
Arifin, 2009. Studi Agama : Perspektif
Sosiologi dan Isu-isu Kontemporer.
Malang : UMM Press
Syamsul
Bakri, 2011. Peta Sejarah Peradaban Islam.
Yogyakarta: Fajar Media Press
Internet;
http://kumpulancontohmakalah.blogspot.com/2009/10/karakteristik-ajaran-islam.html, di akses 25
Oktober 2012
[1] http://kumpulancontohmakalah.blogspot.com/2009/10/karakteristik-ajaran-islam.html, di akses 25
Oktober 2012
[2] Abuddin Nata. Metodologi
Studi Islam. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2011, hlm 77-78
[3] Syamsul Arifin.
Studi Agama : Perspektif Sosiologi dan
Isu-isu Kontemporer. Malang : UMM
Press, 2009, hlm, 6
[4] Ajat Sudrajat,
dkk. Din al-Islam: Pendidikan Agama Islam
Di Perguruan Tinggi Umum. Yogyakarta: UNY Press, 2008, hlm, 35
[5] Abuddin Nata.
hlm, 80
[6] Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahan: Al-Jumanul ‘Ali Seuntai Mutiara Yang Maha
Luhur. CV. Penerbit J-ART, 2004, QS
Al-Baqarah ayat 256.
[7] Abuddin Nata.
hlm, 85
[8] Ajat Sudrajat,
dkk. hlm 225
[9] Syamsul Bakri. Peta Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta:
Fajar Media Press, 2011, hlm, 5
[10] Syamsul Bakri,
hlm 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar